Meningkatkan Efektivitas Respon Bencana Melalui Penguatan Koordinasi dan Kolaborasi di Sumatera Utara

Oleh: MULIADI
Purnawirawan Brimob Polri, Instruktur Penanggulangan Bencana dan SAR, Pengurus FPRB Provinsi Sumatera Utara

Salam Motivasi dan Inspirasi
Tangkas – Tanggap – Tangguh

[KJINewsroom] -- Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu wilayah dengan tingkat kerawanan bencana yang cukup tinggi. Bencana hidrometeorologi, gempa bumi, tanah longsor, hingga bencana non-alam menuntut kesiapsiagaan dan respon yang cepat, tepat, serta terkoordinasi. Dalam kondisi tersebut, efektivitas penanggulangan bencana tidak cukup hanya mengandalkan kecepatan bertindak, melainkan harus dibangun di atas fondasi koordinasi dan kolaborasi yang kuat.

Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa banyak persoalan dalam penanggulangan bencana bukan disebabkan oleh keterbatasan sumber daya semata, tetapi oleh lemahnya sistem koordinasi, kurangnya kejelasan komando, serta belum optimalnya sinergi antar pemangku kepentingan. Padahal, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana telah menegaskan bahwa penanggulangan bencana adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, dan seluruh unsur masyarakat.

Dalam konteks Sumatera Utara, peran Pemerintah Provinsi melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menjadi sangat strategis sebagai koordinator utama. BPBD tidak dapat bekerja sendiri. Diperlukan kolaborasi yang solid dengan OPD teknis, TNI–Polri, Basarnas, instansi vertikal, pemerintah kabupaten/kota, dunia usaha, akademisi, media, serta lembaga dan komunitas relawan.

Kesatuan Komando sebagai Kunci

Salah satu pilar utama dalam efektivitas respon bencana adalah kesatuan komando dan kejelasan kewenangan di setiap fase bencana, mulai dari pra-bencana, tanggap darurat, hingga pascabencana. Tanpa struktur komando yang jelas, potensi tumpang tindih tugas dan kebingungan di lapangan sangat besar, yang pada akhirnya merugikan masyarakat terdampak.

Komando yang kuat bukan berarti sentralisasi yang kaku, melainkan kepemimpinan yang mampu mengintegrasikan berbagai kekuatan secara harmonis. Di sinilah pentingnya koordinasi lintas sektor yang dibangun jauh sebelum bencana terjadi.

Komunikasi dan Data sebagai Dasar Keputusan

Respon bencana yang efektif juga sangat bergantung pada sistem komunikasi dan pertukaran data yang cepat dan akurat. Informasi yang tidak jelas akan mengganggu komunikasi, komunikasi yang terganggu akan menyulitkan koordinasi, dan tanpa koordinasi yang baik, komando tidak akan berjalan.

Oleh karena itu, integrasi sistem informasi kebencanaan antar lembaga harus menjadi prioritas, agar setiap keputusan yang diambil berbasis data lapangan yang valid dan terkini.

Relawan sebagai Kekuatan Terstruktur

Sumatera Utara memiliki potensi relawan yang besar. Namun, potensi ini harus dikelola secara terstruktur sebagai bagian dari sistem resmi penanggulangan bencana daerah. Pemberdayaan relawan melalui pelatihan, pembagian peran yang jelas, serta pembinaan berkelanjutan akan menjadikan mereka kekuatan pendukung yang efektif, bukan sekadar pelengkap.

Menuju Daerah Tangguh Bencana

Penguatan koordinasi dan kolaborasi bukan sekadar kebutuhan teknis, melainkan investasi jangka panjang dalam membangun daerah yang tangguh bencana. Melalui kebijakan yang terarah, latihan dan simulasi rutin, serta evaluasi berkelanjutan, respon penanggulangan bencana di Sumatera Utara diharapkan semakin efektif, efisien, dan akuntabel.

Tujuan akhirnya adalah satu: memberikan perlindungan maksimal kepada masyarakat dan menjamin keselamatan rakyat sebagai amanat konstitusi dan tanggung jawab moral bersama.

Salam Tangkas, Tanggap, Tangguh.
Komando.